5 November 2010

Abu Letusan Gunung Merapi sampai ke Tasikmalaya



ABU LETUSAN GUNUNG MERAPI SAMPAI KE TASIKMALAYA.
Tasikmalaya (ANTARA) - Abu debu letusan Gunung Merapi telah mencapai kawasan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis dinihari sekitar pukul 01.00 WIB dan masih tampak terlihat hingga Kamis pagi.
"Awalnya warga tidak tahu abu apa itu, tapi mulai ramai dibicarakan setelah pada pagi hari banyak abu menempel di kolam," kata Jajang (30) warga Kawalu, Kota Tasikmalaya.
Abu letusan gunung Merapi itu kata Jajang banyak menempel di air kolam warga, bahkan menempel di daun dan pohon, namun tidak terlalu tebal.
Banyaknya abu bertebaran di Kota Taskmalaya itu, kata Jajang menjadi perhatian khusus bagi warga setempat, apalagi warga yang biasanya pagi-pagi pergi ke pasar menyempatkan waktu melihat abu yang menempel disetiap benda dan kolam.
"Ketahuannya shubuh, saat warga mau ke luar rumah melihat atap rumah banyak abu," kata Dadan.
Sementara itu di pusat Kota Tasikmalaya, daerah Pancasila, hujan abu tampak terlihat menjelang dini hari sekitar pukul 01.00 WIB, abu tersebut menempel di kaca mobil dan teras rumah.
Dede Ibin warga Padasuka, Pancasila, Kecamatan Tawang mengatakan hujan abu tersebut memang terlihat tipis, namun menjelang pagi abu tersebut tampak terlihat tebal menempel di setiap genting rumah warga.
"Kaca mobil saya saja banyak nempel abu, cukup tebal, abu juga banyak yang menempel di daun-daun," katanya.Selain wilayah Tasikmalaya, abu letusan Gunung Merapi tersebut sampai ke sebagian wilayah Kabupaten Ciamis. Namun keberadaan abu tersebut tidak mengganggu aktivitas warga yang pergi ke sekolah maupubekerja dan warga tetap beraktifitas tanpa menggunakan masker penutup hidung.

gunung merapi



Getaran Hebat Merapi dari Tekanan Magma Sedalam 6-8 Kilometer
Jum'at, 05 November 2010 | 09:25 WIB
Besar Kecil Normal
foto

Titik api diam Gunung Merapi terlihat dari Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (1/11). Merapi masih mengeluarkan awan panas dan guguran material. TEMPO/Arif Wibowo

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Getaran Gunung Merapi dini hari tadi, (5/11) dirasakan warga sejauh 25 kilometer dari titik letusan. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, Surono, mengatakan getaran hebat itu muncul karena tekanan magmanya sangat dalam, dengan kedalaman 6-8 kilometer.

Padahal pada letusan tahun 2006 sebelumnya, tekanan magma hanya pada kedalaman 1-2 kilometer. “Apa yang terjadi sekarang kantong fluida yang begitu dalam, tekanan magma mencapai 6-8 kilometer,” kata Surono kepada Tempo, Jumat, (5/11). Tekanan yang begitu dalam inilah yang membuat letusan Merapi lebih besar dibanding letusan 2006.

Tekanan magna ini diakui Surono sangat besar pengaruhnya. Misalnya, luncuran awan panas yang terjadi tadi malam mencapai 15 kilometer. Jarak getaran dirasakan oleh warga sejauh 20-an kilometer.

Menurut Surono, semburan awan panas dan getaran yang begitu dalam itu hanya mungkin terjadi jika sumber getaran itu jauh di dalam. “Tidak mungkin getarannya sekuat itu kalau sumbernya tidak dalam,” kata Surono.

Membandingkan letusan Merapi tahun 1930, yang waktu itu hujan kerikil mencapai Madura, maka letusan Merapi tahun ini menyerupai tekanan letusan Merapi tahun itu. Menurut Surono, jika tekanannya dangkal, misalnya sedalam 1-2 kilometer, maka letusan yang dihasilkan tidak akan sedahsyat itu.

Mengenai hujan kerikil yang terjadi di sekitar kawasan Cangkringan, Surono mengatakan jika itu terjadi karena tekanan dari dalam yang begitu besar. Dari pantauan Tempo, hujan abu sudah menyelimuti Kota Yogyakarta untuk kedua kalinya. Namun kali ini hujan abu vulkaniknya jauh lebih tebal ketimbang yang pertama. Bahkan tadi malam hujan abu vulkanik terjadi di kawasan pusat Kota Yogyakarta.

Sementara itu mengenai jarak awan membumbung akibat letusan Merapi, Surono mengatakan hingga saat ini pihaknya belum bisa memantau puncak Merapi karena tertutup awan. “Yang jelas jarak tadi pagi jam 05.00 sekitar 4 kilometer, tetapi awannya berdulung-gulung dan susul menyusul,” katanya.
BELAJAR NGEBLOG © 2014 Template by:
RAMA GALIH